Kamis, 16 Januari 2014

Lion Killed In order KB Surabaya ( Surabaya zoo ) Easily Mastered






Lion Killed In order KB Surabaya ( Surabaya zoo )  Easily Mastered



source by Indonesia languange, link :






TEMPO.CO - Thu, January 9, 2014

TEMPO.CO, Jakarta - Lecturer Faculty of Law, University of Airlangga, I Wayan Titip Sulaksana, believes the death lion in Surabaya Zoo (KBS) on Tuesday in a dependent position wire cross is not a coincidence.
Wayan, who was the Vice Chairman of the Society of KBS, assess wildlife from Africa 1.5 year old named Michael was accidentally killed. "Why hanged?'s Message for the people who desperately want to retain KBS," said Wayan, Thursday, January 9, 2014.




Wayan suspect, the death of animals  in a conspiracy KBS constructed by certain parties since 20 years ago. The goal the oldest animals  zoo in Indonesia was increasingly depleted. The death of animals, said Wayan, can be used reasons related agencies do not issue permits for conservation in KBS. "When the animals clean, the parties who want to control the land KBS for easier take over," he said.
Wayan suspicion strengthened because the crime scene was cleaned before police arrived. Lion carcasses have also been given a preservative, precedes the police attempt to perform an autopsy. "There are efforts to eliminate traces," said him.





Efforts deflation KBS, said Wayan, the faster these days. Of an informant in the KBS, Wayan claim to have heard that 426 animals were brought to the outside KBS quietly.
With a land area of 15.5 hectares and is located in the city center, according to Wayan, not a few investors are eyeing land KBS. "It should be suspected likes animal /  land mafia behind all of these animals," he said.





Wayan pessimistic Surabaya City Government can improve the condition of the KBS when there are old people in it. Any sophisticated management of KBS, said Wayan, will not bring progress when the remnants of the old regime still entrenched board. "There will certainly be the next acts of sabotage," said Wayan.


KUKUH S. WIBOWO



 Original Text :




TEMPO.CO – Kam, 9 Jan 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Pengajar Fakultas Hukum Universitas Airlangga, I Wayan Titip Sulaksana, meyakini tewasnya singa Kebun Binatang Surabaya (KBS) pada Selasa lalu dalam posisi tergantung kawat seling bukan kebetulan.
Wayan, yang pernah menjadi Wakil Ketua Perkumpulan KBS, menilai satwa asal Afrika berusia 1,5 tahun bernama Michael itu sengaja dihabisi. "Kenapa digantung? Ini pesan buat orang-orang yang mati-matian ingin mempertahankan KBS," ujar Wayan, Kamis, 9 Januari 2014.



Wayan menduga, kematian satwa demi satwa di KBS merupakan konspirasi yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu sejak 20 tahun lalu. Tujuannya agar satwa di kebun binatang tertua di Indonesia itu makin habis. Kematian satwa, kata Wayan, bisa dipakai alasan lembaga terkait untuk tidak mengeluarkan izin konservasi di KBS. "Bila satwanya bersih, pihak-pihak yang ingin menguasai lahan KBS untuk hotel lebih mudah mengambil alih," kata dia.
Kecurigaan Wayan menguat karena tempat kejadian perkara sudah dibersihkan sebelum polisi datang. Bangkai singa juga sudah diberi bahan pengawet, mendahului upaya polisi untuk melakukan otopsi. "Ada upaya menghilangkan jejak," kata dosen senior itu.




Upaya penggembosan KBS, ujar Wayan, makin kencang belakangan ini. Dari seorang informan di dalam KBS, Wayan mengaku memperoleh kabar bahwa 426 satwa dibawa ke luar KBS secara diam-diam.
Dengan luas lahan 15,5 hektare serta terletak di tengah kota, menurut Wayan, tak sedikit investor yang mengincar lahan KBS. "Patut diduga mafia tanah dan mafia satwa di belakang semua ini," kata dia.




Wayan pesimistis Pemerintah Kota Surabaya bisa memperbaiki kondisi KBS bila masih ada orang-orang lama di dalamnya. Secanggih apa pun pengelolaan KBS, kata Wayan, tidak akan membawa kemajuan berarti bila sisa-sisa rezim pengurus lama masih bercokol. "Pasti akan ada aksi sabotase berikutnya," ujar Wayan.
Namun, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Farman ragu Michael sengaja dihabisi lebih dahulu sebelum digantung. "Kalau pembunuhan, butuh berapa orang untuk mengangkat, sebab beratnya 300 kilogram," kata Farman.

KUKUH S. WIBOWO